Candrahernawan.com - Serikat Guru Cabang Distrik Ma’an berunjuk rasa pada hari Rabu di depan gerbang Serikat di lingkungan Al-Syahid Mansur Krishan, dengan dihadiri oleh ratusan aktivis politik, orang tua, siswa dan guru. Mereka melakutan aksi itu sebagai bentuk protes atas tindakan Departemen Pendidikan yang mengubah kurikulum, serta menghapus dan mengganti ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits dari berbagai materi pelajaran pendidikan Islam dan lainnya.
Para pengunjuk rasa menuntut Kementerian Pendidikan untuk menarik kembali amandemen yang tidak sejalan dengan agama Islam, adat dan tradisi yang telah mengakar. Para peserta aksi juga membakar dan menghancurkan sejumlah besar kurikulum baru, serta menyeru semua guru di Yordania untuk menolak mengajar berdasarkan kurikulum baru tersebut.
Perlu diketahui bahwa berbagai aksi serupa telah dilakukan sebelumnya, di ibukota Amman dan di Ma’an pekan lalu.
*** *** ***
Sekolah di Yordania telah lama diwarnai amandemen terhadap pendidikan Islam, bahasa Arab, sejarah dan kebudayaan umum. Bahkan dengan dalih memerangi (terorisme), Departemen Pendidikan menghapus jenggot dari laki-laki dan hijab dari perempuan pada gambar-gambar dalam kurikulum pendidikan Islam untuk sekolah dasar kelas satu, sebagai contohnya.
Juga di salah satu kurikulum Departemen Pendidikan telah menghapus seluruh pelajaran tentang suratal-Lail, lalu menggantinya dengan pelajaran lain tentang renang. Di samping menghapus pelajaran tentang bilangan-bilangan dalam al-Qur’an dan menggantinya dengan pelajaran burung merpati kecil. Bersamaan dengan itu, Departemen Pendidikan juga menghapus hafalan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits di beberapa materi pelajaran.
Begitu juga telah lama adanya “amandemen” yang menghapus simbol-simbol pejuang di tanah Palestina, seperti al-marhum Firas al-Ajluni, serta menghapus segala sesuatu yang berkaitan dengan pendudukan al-Quds dan sebagainya.
Semua itu dengan jelas mengungkapkan bahwa perubahan-perubahan dalam kurikulum—tidak diragukan sedikit pun—bertujuan untuk menghancurkan identitas Islam dan menjauhkan generasi mendatang dari nilai-nilai Islam spiritual, serta mengosongkan pikiran mereka dari segala sesuatu yang akan membentuk mentalitas Islam, juga memisahkan perilaku mereka dari akidah dan hukum-hukum syariah, bahkan menghubungkannya dengan doktrin Barat dan konsep-konsep palsu yang menyesatkan.
Oleh karena itu sangat wajar jika masyarakat, para guru dan siswa menolaknya, bahkan begitu naifnya jika ada seseorang di Yordania yang diam saja melihat perubahan kurikulum tersebut.
Sesungguhnya berbagai aksi protes yang dilakukan masyarakat dan permintaan mereka untuk mencabut kembali amandemen yang keji ini menunjukkan dengan jelas kesadaran masyarakat tentang realitas perang yang dilancarkan oleh rezim di Yordania, di bawah tekanan Barat, bahwa itu bukan sebagai perang yang diklaim melawan ekstremisme dan (terorisme), melainkan sebagai perang melawan Islam dan semua aspek agama, serta semua hal yang akan membangun generasi tangguh, kuat, bangga dengan agamanya, dan mencari kemuliaan untuk bangsanya. Namun, keberhasilan semua rencana rezim di Yordania yang dibantu Barat ini hanyalah mimpi, sebab rakyat Yordania yang memiliki kesadaran terus bertambah, dan itu akan menjadi kekuatan mereka yang tidak terkalahkan, insya Allah. [Hajir al-Yakqubi – Tunisia]
Posting Komentar