Headlines News :
Home » » TIPS DARI RASULULLAH UNTUK KELUAR DARI KESULITAN HIDUP

TIPS DARI RASULULLAH UNTUK KELUAR DARI KESULITAN HIDUP

Written By catatan kesederhanaan on Kamis, 20 Maret 2014 | 01.19



TIPS DARI RASULULLAH UNTUK
KELUAR DARI KESULITAN HIDUP



                Meskipun rejeki ada di tangan Allah swt, namun demikian, Allah swt dan RasulNya telah memberikan beberapa kiat untuk mendapatkan kemudahan dalam memperoleh rejeki Allah swt, dan keluar dari kesulitan hidup.    Al-Quran dan Sunnah telah menjelaskan masalah ini dengan sangat jelas dan gamblang.  
                Siapa saja yang mengikuti kiat-kiat tersebut, niscaya ia akan mendapatkan kemudahan dan keberkahan hidup, terbebas dari kesulitan dan penderitaan.     
               
1. Mengadu dan Berharap Hanya Kepada Allah swt
                Diantara kiat-kiat agar kita terjauh dari kemiskinan adalah mengadukan keadaannya kepada Allah swt, dan hanya berharap kepadaNya.   Dalam sebuah hadits diriwayatkan, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:

مَنْ نَزَلَتْ بِهِ فَاقَةٌ فَأَنْزَلَهَا بِالنَّاسِ لَمْ تُسَدَّ فَاقَتُهُ وَمَنْ نَزَلَتْ بِهِ فَاقَةٌ فَأَنْزَلَهَا بِاللَّهِ فَيُوشِكُ اللَّهُ لَهُ بِرِزْقٍ عَاجِلٍ أَوْ آجِلٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ
                "Barangsiapa tertimpa kemiskinan, kemudian ia mengadukannya kepada sesama manusia, maka tidak akan tertutup kemiskinannya itu.  Namun, siapa saja yang mengadukannya kepada Allah, maka Allah akan memberinya rizki, baik segera ataupun lambat."[HR. Abu Dawud dan Turmidziy, Abu 'Isa berkata hadits ini hasan shahih gharib]
                Imam al-Hafidz al-Mubarakfuriy dalam Tuhfat al-Ahwadziy,  menyatakan, bahwa siapa saja yang tertimpa kefakiran dan kesempitan hidup, kemudian menjelaskan dan menampakkan kesulitannya kepada manusia dengan jalan mengadukan masalah tersebut kepada mereka, kemudian meminta mereka untuk menghilangkan kesulitannya, maka kebutuhannya tidak akan terpenuhi, dan kesulitannya tidak akan hilang.  Dengan kata lain, siapa saja yang hidup dengan meminta-minta, maka kebutuhannya tidak akan terpenuhi dan kesulitannya tidak akan lenyap.   Namun, jika ia mengadukannya kepada Allah swt, yakni berharap hanya kepada Allah swt, maka Allah akan memberinya rezki, baik cepat maupun lambat.[1]

2. Bertaqwa Kepada Allah swt
                Ketaqwaan adalah kunci untuk mendapatkan kemudahan dari Allah swt.    Allah swt telah berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ¤ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
                "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu."[ al-Thalaq:2-3]
                Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Ibnu Katsir menyatakan:  "Siapa saja yang bertaqwa kepada Allah, yakni menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarangNya, maka Allah akan memberi jalan keluar atas segala urusannya, dan memberinya rejeki dari jalan yang tidak pernah disangka-sangkanya."[2]
                 Berkenaan dengan ayat ini, Imam Ahmad menuturkan sebuah riwayat dari Abu Dzar al-Ghifariy, bahwasanya  ia berkata:
                "Suatu ketika Rasulullah saw membaca ayat ini hingga selesai. Kemudian, beliau saw berkata, "Wahai Abu Dzar, seandainya seluruh manusia mengamalkan ayat ini, sungguh mereka akan mendapatkan kecukupan." [HR. Ahmad]
                Sebagaimana penuturan 'Ali bin Abi Thalhah, Ibnu 'Abbas berkata,"Maksudnya adalah, Allah swt akan menyelamatkan dirinya dari kesulitan hidup di dunia maupun akherat."[3]
                Dalam menafsirkan ayat di atas, Al-Sudiy menuturkan sebuah riwayat sebagai berikut:
                "Ada seorang shahabat Nabi saw bernama 'Auf bin Malik.  Ia memiliki seorang anak laki-laki, yang mana orang-orang musyrik telah menawannya. Tatkala anak tersebut masih ditawan orang-orang musyrik, bapaknya menjumpai Rasulullah saw dan mengadukan keadaan anaknya, dan perihal dirinya yang sangat membutuhkan anaknya. Kemudian, Rasulullah saw memerintahkan dirinya untuk bersabar, seraya berkata, "Sesungguhnya Allah akan memberikan kelapangan kepadamu."  Tidak lama kemudian datanglah kemudahan.   Anak laki-lakinya terlepas dari tangan musuh, dan kembali dengan membawa ghanimah.  Anak laki-laki itu kemudian menemui bapaknya, dengan membawa ghanimah yang diperolehnya dari musuh.  Lalu, turunlah firman Allah swt, "Wa man yattiqillaha yaj'al lahu makhrajan wa yarzuqhu min haitsu la yahtasib" [4] Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa anak laki-laki itu membawa seratus ekor unta.
                Ketaqwaan kepada Allah adalah kunci agar urusan kita dimudahkan oleh Allah swt, sekaligus sebagai jalan untuk membuka rejeki dari jalan yang tidak kita sangka dan duga.  Sebaliknya, kemaksiyatan merupakan penghalang bagi datangnya kelapangan dan rejeki.   Di dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ وَلَا يُرَدُّ الْقَدَرُ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيْدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ
                "Sesungguhnya seorang hamba benar-benar dihalangi mendapatkan rejeki akibat dosa yang dilakukannya; dan tidaklah diubah takdir kecuali dengan doa, dan tidaklah ditambah umur kecuali dengan kebaikan."[HR. Imam Ahmad]
                Ali al-Shabuniy, dalam kitab Shafwaat al-Tafaasiir menyatakan,"Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah swt, dan memperhatikan hukum-hukum Allah swt, maka Allah swt akan menjadikan bagi dirinya setiap kesulitan kemudahan; setiap kesempitan kelapangan, dan Allah akan memberi rejeki kepadanya dari arah yang tidak disangka dan diketahuinya." [5]

3. Memperbanyak Istighfar Kepada Allah
                Kiat praktis yang diajarkan oleh Rasulullah saw agar seseorang mendapatkan kelapangan dan kemudahan hidup, adalah memperbanyak membaca istighfar.   Dalam al-Musnad dituturkan sebuah riwayat, bahwasanya Ibnu 'Abbas berkata:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَنْ أَكْثَرَ مِنَ الْاِسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللهُ لَـهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرْجًا وَمِنْ كُلِّ ضَيـْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
                "Rasulullah saw bersabda," Barangsiapa memperbanyak istighfar, maka Allah swt akan menjadikan setiap kesulitan kelapangan, dan setiap kesempitan jalan keluar, dan Allah akan memberinya rejeki dari jalan yang tidak pernah disangka-sangkanya."
                Memohon ampun kepada Allah swt (istighfar) tidak boleh dipahami hanya sekedar dengan membaca istighfar belaka.  Lebih dari itu, istighfar adalah taubatnya seorang hamba kepada Allah swt atas segala dosa-dosa yang diperbuatnya.   Allah swt berfirman:
                "Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat semurni-murninya (taubat nashuuha)" [al-Tahriim:8]
                Imam Qurthubiy berpendapat, ayat di atas merupakan perintah Allah kepada hambaNya untuk melakukan taubat. Setiap orang diwajibkan untuk bertaubat dosa-dosanya dalam setiap waktu dan kondisi.[6]
                Para 'ulama sendiri memiliki ragam pendapat mengenai taubat nashuha. Diriwayatkan oleh Qatadah dari 'Umar dan Ibnu Mas'ud dan Ubay bin Ka'ab dan Mu'adz bin Jabal radliyallahu 'anhum, ia mengatakan, "Nashuha adalah nasehat yang sebenar-benarnya"
Al-Hasan mengatakan, "Nashuha adalah membenci dosa-dosa yang sering dilakukannya, kemudian memohon ampunan kepada Allah ketika ia sadar".  
Al-Kalabiy berkata, "Taubatan nashuha adalah penyesalan dalam hati, memohon ampun dengan lisan, menjauhkan dari dosa, dan dengan suka hati tidak akan mengulangi lagi"
                Jika seseorang berdosa karena melanggar hak Allah, syarat taubatnya ada tiga; yakni menyesali dosanya, segera meninggalkan dosanya, dan ber'azzam kuat (berniat kuat) untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya. 
                Bila seseorang berdosa karena melanggar hak anak Adam, syarat taubatnya ada empat; yakni tiga syarat di atas, ditambah dengan mengembalikan hak anak Adam yang dianiayanya.   Jika seseorang memukul orang lain tanpa ada alasan yang syar'iy, maka ia harus memenuhi tiga syarat taubat di atas dan memohon maaf kepada orang yang dipukulnya.
                Istighfar kepada Allah swt akan mengembalikan seseorang ke dalam fithrah suci yang bisa menjadi sebab dimudahkannya rejeki seseorang. 

4. Sabar dan Memperbanyak Membaca La Haula wa laa Quwwata Illa Billahi
                Sabar dan memperbanyak bacaan la haula wa laa quwwata illa billahi merupakan jalan keluar untuk keluar dari kesulitan dan kesedihan. Diriwayatkan dari Jabir bin 'Abdullah, bahwasanya anak laki-laki 'Auf bin Malik al-Asyja'iy yang bernama Salim, telah ditawan oleh orang-orang musyrik.  Kemudian, ia mendatangi Rasulullah saw dan mengadukan kesedihannya kepada Rasulullah, sambil berkata, "Sesungguhnya, musuh telah menawan anaknya, dan ibunya menjadi sangat sedih.  Lantas, apa yang engkau perintahkan kepadaku?  Rasulullah saw menjawab, " Bertaqwalah kepada Allah, bersabarlah, dan aku anjurkan agar kamu dan isterimu memperbanyak bacaan "La Haulah wa Laa Quwwata Illa bi al-Allah".  Lalu, ia kembali ke rumahnya dan berkata kepada isterinya,"Rasulullah saw telah memerintahkan aku dan kamu untuk memperbanyak bacaan "La Haulah wa Laa Quwwata Illa bi al-Allah".  Isterinya menjawab, "Baiklah."  Keduanya segera melaksanakan apa yang diperintahkan Rasulullah saw.  Akhirnya, anaknya berhasil meloloskan diri dari musuh, dan menggiring ternak-ternak mereka.   Kemudian, ia membawa ternak-ternak itu di hadapan ayahnya.  Jumlah ternak itu adalah 4000 ekor kambing, dan Rasulullah saw memberikan ternak itu kepadanya.[7]

5. Beribadah Sepenuhnya Kepada Allah swt
                Bila seseorang selalu berorientasi ibadah kepada Allah swt dalam setiap amal perbuatannya, maka Allah memberikan pertolongan, dan rejeki dari jalan yang tidak diduga-duga.   Al-Hasan meriwayatkan dari 'Imran bin al-Hushain, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:

مَـنْ انْقَطَعَ إِلَـى اللَّـهِ كَفَاهُ اللهُ كُلَّ مَؤُوْنَةٍ وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْـتَسِبُ وَمَنْ انْقَطَعَ إِلـَى الدُّنْيَا وَكَلَهُ اللهُ إِلَيْهَا
                "Barangsiapa yang beribadah sepenuhnya kepada Allah, maka Allah swt akan memberikan pertolongan (ma'unah) dan rejeki dari jalan yang tidak pernah disangka-sangka.  Namun, siapa saja berusaha sepenuhnya untuk kehidupan dunia, maka Allah swt akan menyerahkan urusannya kepada dunia."
                Al-Zujaj berkata, "Makna hadits ini adalah, barangsiapa bertaqwa dan hanya mengambil (memilih) yang halal-halal saja, dan bersabar atas keluarganya, maka Allah akan melepaskan kesulitannya, dan memberikan rejeki dari jalan yang tidak pernah disangka-sangkanya."[8]

6. Tawakal Kepada Allah
                Tawakal adalah menyerahkan diri dan bersandar sepenuhnya kepada Allah swt. Akan tetapi, tawakal tidak identik dengan tindakan pasif dan fatalis, dan terjauh dari kerja serius.  Tawakal juga tidak identik dengan berserah dirinya seseorang kepada Allah setelah ia melakukan usaha; atau berusaha terlebih dahulu baru tawakal. Akan tetapi, tawakal adalah memenuhi seluruh kaedah sebab akibat yang telah digariskan oleh Allah swt dan RasulNya, dan bersandar kepada Allah swt sepenuhnya, sejak sebelum memulai pekerjaan, sedang, dan hingga selesai melakukan usaha.[9]
                Menurut Imam Al-Alusi, dalam kitab Ruuh al-Ma'aaniy, tawakal adalah menampakkan kelemahan dan kebergantungan kepada yang lain, dan mencukupkan diri hanya bersandar kepadanya dalam melakukan usaha yang dibutuhkannya."[10]    Bagi seorang muslim, Allah swt adalah satu-satunya tempat bersandar dan berserah diri.   Allah swt telah berfirman:
                "Tuhan Timur dan Barat, tiada Tuhan (Yang berhak disembah) kecuali Dia, maka jadikanlah dia sebagai  Tempat Sandaran."[al-Muzammil:9]
                Tatkala menafsirkan ayat ini, Imam Baidlawi berkata, "Tawakal merupakan akibat dari tauhid, atau pengesaan kepada Allah swt.  Bila Ia diesakan dalam ketuhananNya, tentu saja pengesaan tersebut menuntut adanya penyerahan total segala urusan kepadaNya."[11]
                Jika seseorang ingin mendapatkan nafkah, tentunya ia harus bekerja dan berusaha dengan serius.   Ia harus menetapkan tujuan, target, cara dan sarana-sarana untuk meraih tujuan dan target-targetnya.   Dengan kata lain, tawakal harus direfleksikan dengan cara memenuhi syarat-syarat yang bisa mengantarkan tercapainya tujuan dan target amal, sebelum, ketika, maupun setelah selesai melakukan usaha.    
                Tawakal kepada Allah merupakan jalan untuk meraih rejeki Allah swt.  Bahkan, sebagian ulama berpendapat bahwa sebab untuk mendapatkan rejeki Allah swt adalah tawakal.   Ketentuan semacam ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw:

لَوْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَىاللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُوْ حِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا
                "Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rejeki kepada kalian, sebagaimana Allah telah memberi rejeki kepada burung yang berangkat di pagi buta dengan perut kosong, dan kembali ke sarangnya dengan perut kenyang."[HR. Bukhari]
                Kata "larazaqakum" adalah "jawab al-syarth", yakni jawaban atas syarat yang dihubungkan dengan kata kerja syarat "tawakkaltum".  Susunan kalimat semacam ini mengandung artinya; jika kalian bertawakal pasti Allah akan memberikan rejeki kepada kalian. 

7. Gemar Bersedekah dan Memudahkan Urusan Orang Lain
                Salah satu kiat agar seseorang dimudahkan rejekinya oleh Allah swt adalah suka bersedekah dan menafkahkan hartanya di jalan Allah swt.  
Abu Hurairah meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:

بَيْنَا رَجُلٌ بِفَلَاةٍ مِنْ الْأَرْضِ فَسَمِعَ صَوْتًا فِي سَحَابَةٍ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ فَتَنَحَّى ذَلِكَ السَّحَابُ فَأَفْرَغَ مَاءَهُ فِي حَرَّةٍ فَإِذَا شَرْجَةٌ مِنْ تِلْكَ الشِّرَاجِ قَدْ اسْتَوْعَبَتْ ذَلِكَ الْمَاءَ كُلَّهُ فَتَتَبَّعَ الْمَاءَ فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي حَدِيقَتِهِ يُحَوِّلُ الْمَاءَ بِمِسْحَاتِهِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ مَا اسْمُكَ قَالَ فُلَانٌ لِلِاسْمِ الَّذِي سَمِعَ فِي السَّحَابَةِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ لِمَ تَسْأَلُنِي عَنْ اسْمِي فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ صَوْتًا فِي السَّحَابِ الَّذِي هَذَا مَاؤُهُ يَقُولُ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ لِاسْمِكَ فَمَا تَصْنَعُ فِيهَا قَالَ أَمَّا إِذْ قُلْتَ هَذَا فَإِنِّي أَنْظُرُ إِلَى مَا يَخْرُجُ مِنْهَا فَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثِهِ وَآكُلُ أَنَا وَعِيَالِي ثُلُثًا وَأَرُدُّ فِيهَا ثُلُثَهُ
                “Pada suatu saat, ada seseorang yang sedang berjalan di padang sahara.  Tiba-tiba saja ia mendengar suara di dalam awan,”Siramlah kebun si Fulan.”  Awan itu segera menuju ke suatu tempat yang banyak batunya dan menuangkan airnya.  Pada tempat yang banyak batunya itu ada sebuah parit yang penuh dengan air, dan parit itu mengalirkan air.  Di tempat itu ada seorang laki-laki sedang membagi-bagi air itu dengan alat pengukur tanah.   Orang itu lantas bertanya kepada laki-laki tersebut, “Wahai hamba Allah, siapakah namamu?”  Laki-laki itu menjawab, “Fulan” (nama yang sama dengan nama yang didengarnya dari dalam awan tadi).  Lalu, laki-laki itu bertanya, “Mengapa kamu menanyakan namaku?”  Ia menjawab, “Sesungguhnya saya mendengar suara dalam awan yang menuangkan air ini berkata, “Siramlah kebun si  Fulan yang persis dengan namamu.  Apakah yang telah kamu perbuat?”  Laki-laki itu menjawab, “Karena kamu bertanya seperti itu, maka sesungguhnya saya selalu memperhatikan apa yang dikeluarkan oleh kebun ini, dimana sepertiga dari hasil kebun ini saya sedekahkan, sepertiga saya makan dengan keluargaku, dan sepertiga lagi saya persiapkan untuk bibit.”[HR. Muslim]
                Hadits ini menjelaskan betapa sedekah akan memudahkan seseorang mendapatkan rejeki Allah swt.   Di dalam riwayat lain juga dituturkan, bahwa harta yang disedekahkan akan diganti oleh Allah swt, dan harta itu tidak akan berkurang karena sedekah.   Dari Abu Hurairah ra, dinyatakan bahwasanya Rasulullah saw bersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
                “Allah swt berfirman,”Nafkahkanlah harta kekayaanmu, niscaya kamu akan diberi gantinya.”[HR. Bukhari dan Muslim]
                Dari Abu Kabasyah ‘Umar bin Sa’d al-Anmariy, bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:

ثَلَاثَةٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ قَالَ مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ وَلَا فَتَحَ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ إِلَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ
                ”Ada tiga hal yang aku bersumpah kepadanya dan aku akan menyampaikan suatu berita kepadamu, maka perhatikan benar-benar.  Tiadalah akan berkurang harta seseorang karena shadaqah….dan tiadalah seseorang membuka pintu meminta-minta melainkan Allah akan membukakan kepadanya pintu kemiskinan.”[HR. Tirmidziy]
                Riwayat-riwayat di atas juga diperkuat oleh sebuah hadits yang dituturkan oleh Imam Abu Dawud
Sebaliknya, jika seseorang enggan bersedekah dan menyembunyikan harta bendanya, maka Allah akan menutup pintu rejekinya.  Dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwa Rasulullah saw bersabda kepada Asma’ binti Abu Bakar:

لَا تُوكِي فَيُوكَى اللَّهُ عَلَيْكِ, أَنْفِقِي وَلَا تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَلَا تُوعِي فَيُوعِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ
                “Janganlah kamu menutup-nutupi apa yang kamu miliki, niscaya Allah akan menutupi rizkimu.”  Dalam riwayat lain dinyatakan, “Nafkahkanlah hartamu serta jangan kamu menghitung-hitungnya, maka Allah swt akan menghitung-hitungnya untukmu; dan janganlah kamu menakar-nakarnya, niscaya Allah Alah menakar-nakarnya untuk kamu.”[HR. Bukhari dan Muslim]
                Selain sedekah, memudahkan urusan orang baik dengan cara memberi bantuan apapun bentuknya, termasuk cara untuk mempermudah datangnya rejeki dari Allah swt.    Dalam banyak riwayat, Rasulullah saw telah mendorong kaum muslim untuk peduli dan saling tolong menolong sesama muslim.  Dari Ibnu ‘Umar ra dikisahkan, bahwa Rasulullah saw bersabda:

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
                “Seorang muslim dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara, oleh karena itu, ia tidak boleh menganiaya dan mendiamkannya.  Barangsiapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kepentingannya.   Barangsiapa melapangkan satu kesulitan sesama muslim, maka Allah akan melapangkan satu dari beberapa kesulitannya nanti pada hari kiamat.   Barangsiapa menyembunyikan rahasia seorang muslim, maka Allah menyembunyikan rahasianya nanti pada hari kiamat.”[HR. Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain dituturkan, bahwa Rasulullah saw bersabda:

وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَاه نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ قَالَا حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ وَفِي حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ صَخَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ غَيْرَ أَنَّ حَدِيثَ أَبِي أُسَامَةَ لَيْسَ فِيهِ ذِكْرُ التَّيْسِيرِ عَلَى الْمُعْسِرِ
Barangsiapa memudahkan orang yang sedang berada dalam kesusahan, maka Allah akan memudahkannya baik di dunia maupun di akherat.  Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia maupun di akherat. Allah swt selalu memberi pertolongan kepada hambaNya, selama hamba itu senantiasa memberikan pertolongan kepada saudaranya.  Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah swt akan memudahkannya jalan menuju surga.  Bagi orang yang berkumpul di salah satu diantara rumah-rumah Allah swt dengan membaca Kitabullah dan mendalaminya, maka akan turun kepada mereka suatu ketenangan dan mereka senantiasa diliputi rahmat serta para malaikat senantiasa memohonkan ampun buat mereka, bahkan Allah swt menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang berada di sisiNya.  Barangsiapa lambat amal perbuatannya, maka ia tidak akan cepat dapat meraih derajat.”[HR. Muslim]
                Inilah beberapa tips yang diajarkan Rasulullah sawt agar seseorang bisa keluar dari kesulitan hidup.  Akan tetapi, tips di atas harus dibarengi dengan usaha dan kerja yang serius.    Sebab, Allah swt juga memerintah kaum muslim untuk bekerja dan berusaha semaksimal mungkin, dan selalu memperhatikan prinsip tawakal dan halal dan haram.  




[1]  Imam al-Hafidz al-Mubarakfuriy, Tuhfat al-Ahwadziy bi Syarh Jaami'  al-Turmidziy, hadits. No. 2248
[2]  Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, surat al-Thalaq :2-3
[3]  Ibid, surat al-Thalaq:2-3
[4] Ibid, surat al-Thalaq:2-3
[5] Ali al-Shabuniy, Shafwaat al-Tafaasiir, juz 3/hal.400
[6]  Lihat Imam Abu 'Abd al-Allah Mohammad bin Ahmad al-Anshoriy al-Qurthubiy Al-Jaami' li-ahkam al-Quran ,juz 18, hal. 129. Daar al-Kutub al-'Ilmiyyah, Beirut, Libanon. Bandingkan pula dengan penafsiran 'Umar ra tentang taubatan nashuha, 'Abd al-Allah, dan Mujahid, al-Dlohak( menafsirkan taubatan nashuha dengan meninggalkan dosa dan tidak pernah mengulangi lagi), Qatadah (mengartikan dengan sebaik-baik nasehat), begitu pula Ibnu Zaid. Lihat tafsir Thabariy, hal. 159.
[7]  Imam Qurthubiy, Tafsir Qurthubiy, surat al-Thalaq:3
[8]  Ibid, surat al-Thalaq:3
[9]  Dr. Mohammad Ali Hasan, Mafaahiim Yajiib Tashhiihuha fi al-Tawakkul wa al-Rizq wa al-Ajal, bab al-Tawakkul.
[10] Ruuh al-Ma'aaniy, juz 4/107
[11] Imam Baidlawiy, Tazfsir al-Baidlawiy, surat al-Muzammil:9
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Candra Hernawan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger