Headlines News :
Home » » ORIENTASI BEKERJA

ORIENTASI BEKERJA

Written By catatan kesederhanaan on Kamis, 20 Maret 2014 | 01.15

ORIENTASI BEKERJA

Bekerja Dengan Orientasi Akherat

                Tatkala mencari rejeki Allah, seorang muslim harus selalu berorientasi kepada kehidupan akherat.  Dengan kata lain, orientasi dirinya dalam bekerja dan berusaha tidak semata-mata untuk memperoleh kesenangan hidup di dunia, akan tetapi sebagai persiapan untuk membangun kehidupan akheratnya.  Sebab, ia menyadari sepenuhnya, bahwa bekerja merupakan ibadah dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.  

                Seorang muslim harus memahami, tatkala ia selalu berorientasi kepada kehidupan akherat, maka Allah swt telah menjamin rejekinya.   Lebih dari itu, Allah juga berjanji memudahkan urusan dan rejekinya.   Dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwasanya Allah swt berfirman kepada malaikat yang diserahi urusan rejeki bani Adam:
                "Hamba manapun yang kalian dapati cita-citanya hanya satu, yaitu semata-mata untuk kehidupan akherat, jaminlah rejekinya di langit dan di bumi; dan hamba manapun yang kalian dapati mencari rejekinya dengan jujur karena berhati-hati dalam mencari keadilan, berilah ia rejeki yang baik dan mudahkanlah baginya; dan jika ia telah melampaui batas kepada selain itu, birakanlah dia sendiri mengusahakan apa yang dikehendaknyua.  Kemudian dia tidak akan mencapai lebih dari apa yang Aku tetapkan untuknya."[HR. Abu Na'im dari Abu Hurairah ra]
                Hadits ini merupakan janji Allah kepada orang-orang yang selalu berorientasi akherat dalam setiap perbuatannya.  Allah akan memberikan rejeki dan memudahkan urusan mereka.  Pengertian hadits ini sejalan dengan firman Allah swt:
                "Barangsiapa bertahwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya, dan memberikan rejeki dari sumber yang tiada disangka-sangka; dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.  Sesungguhnya Allah melaksanakan segala urusan, dan benar-benar Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." [al-Thalaq:2-3]
                Sebaliknya, jika seseorang ingkar dan maksiyat kepada Allah, maka Allah swt akan menyulitkan rejekinya.   Allah swt berfirman:
                "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."[al-Syura:30]
                Di dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw telah bersabda:

إِنَّ الرَّجُـلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِـيْبُهُ
                "Sungguh seorang hamba itu benar-benar diharamkan mendapatkan rejeki, disebabkan dosa yang ia lakukan."[HR. Ahmad]

Perbuatan Yang Berorientasi Akherat
                Perbuatan yang berorientasi akherat harus memenuhi dua prasyarat; yakni ikhlash dan benar.  
Ikhlash.  Yang dimaksud ikhlash adalah menjadikan Allah swt sebagai tujuan dan segala tujuan.  Ia tidak meniatkan perbuatannya kepada selain Allah swt.   Dengan kata lain, ikhlash adalah semata-mata mencari ridla Allah swt.  Allah swt berfirman:

 وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus". [al-Bayyinah:5]
                Di dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwa Rasulullah saw bersabda:
               
إِنَّمَاالْاَعْـمَالُ بِالنِّـيَاتِ
                “Sesunggguhnya amal itu tergantung dengan niatnya.”[HR. Muttafaq ‘Alaih].
                Benar.  Prasyarat berikutnya adalah benar.  Imam Fudlail bin ‘Iyyadl menyatakan bahwa yang dimaksud benar di sini adalah berbuat sesuai dengan al-Quran dan Sunnah.   Ketentuan ini didasarkan pada firman Allah swt:

وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”.[al-Hasyr:7]

                Perbuatan seorang muslim tidak akan diterima oleh Allah swt, bila tidak memenuhi dua prasyarat di atas.   Kedua-duanya harus ada tatkala seseorang mengerjakan perbuatan apapun.  Meskipun seorang muslim ikhlash dalam beramal, akan tetapi amalnya tersebut tidak sesuai dengan hukum-hukum Islam, maka amal tersebut tertolak.  Sebaliknya, meskipun amal perbuatannya sesuai dengan al-Quran dan Sunnah, namun tidak dilandasi dengan keikhlasan kepada Allah, maka perbuatannya juga tertolak.
                Seorang muslim mesti memahami, bahwa Islam telah menetapkan aturan-aturan maupun adab-adab bekerja.  Ia harus mengetahui terlebih dahulu hukum-hukum dan adab-adab tersebut, agar perbuatannya terkategori amal shalih.   Jika ia bekerja, sementara ia tidak mengetahui status hukum pekerjaannya,  halal atau haram, maka ia telah berbuat dosa kepada Allah swt.    Sebab, apa yang ia kerjakan itu tidak didasarkan pada ketentuan Allah swt, akan tetapi didasarkan pada ketidaktahuannya (hawa nafsunya).  Padahal, Allah swt melarang kaum muslim berbuat berdasarkan hawa nafsunya.  Allah swt berfirman:
                "dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka."[Al-Maidah:49]
                Dari sini kita bisa menilai, apakah usaha atau kerja seseorang itu berorientasi akherat atau tidak.  Jika seseorang memilih untuk berprofesi halal dan baik, dan selalu memperhatikan prinsip halal dan haram, sesungguhnya, ia telah bekerja dan berusaha dengan orientasi akherat.  Sebaliknya, meskipun orang mengaku dan menggembar-gemborkan bekerja dengan orientasi akherat, sementara itu ia tidak pernah memperhatikan prinsip halal dan haram dalam berusaha dan bekerja, sesungguhnya perkataannya tak ubahnya dengan kedustaan dan penipuan. Sebab, ia berusaha dan bekerja dengan mengesampingkan syariat Allah swt.  Ia rela bekerja dan mengais rejeki pada profesi-profesi yang diharamkan dan dilaknat Allah swt.  Lantas, bagaimana ia bisa dikatakan bekerja dengan orientasi akherat, jika pada saat yang sama ia mengabaikan aturan-aturan Allah swt, bahkan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan dan harta?


Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Candra Hernawan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger