Catatan Kesederhanaan - Lebih
dari 25 persen orang Amerika tinggal di daerah miskin pada tahun 2012,
meningkat dari 18 persen pada satu dekade sebelumnya
Eksklusifitas zonasi lingkungan dan pengembangan kota telah
menyebabkan meningkatnya jumlah daerah miskin yang terkonsentrasi,
khususnya di wilayah Selatan, menurut sebuah analisis dari laporan Biro
Sensus Amerika Serikat baru-baru ini.
Laporan ini, yang berdasarkan data dari sensus tahun 2000 dan angka
yang dikumpulkan dari American Community Survey tahun 2008-2012,
mengungkapkan bahwa pada tahun 2012 sekitar 77 juta orang, atau sekitar
25,7 persen dari penduduk AS, tinggal di daerah miskin – di mana lebih
dari seperlima dari penduduk memiliki penghasilan di bawah garis
kemiskinan pada sekitar $ 23.600 per tahun untuk keluarga dengan empat
anak.
Itu adalah peningkatan yang signifikan dari tingkat di tahun 2000 dengan 45 juta orang atau 18 persen dari populasi.
Paul Jargowsky, seorang profesor riset perkotaan dan pendidikan di
Rutgers University dan salah seorang analis pada studi itu, mengatakan
migrasi orang Amerika ke daerah miskin terutama didorong oleh dua
fenomena: zonasi eksklusif dan pengembangan kota.
Zonasi eksklusif adalah saat sebuah distrik pinggiran kota menetapkan
persyaratan perumahan yang secara implisit tidak memasukkan keluarga
berpenghasilan rendah, seperti pengaturan ukuran luas minimum 3.000 kaki
(914.4 m2). Dengan demikian, keluarga yang tidak mampu untuk membeli
rumah yang besar tidak dapat menjadi anggota masyarakat di wilayah itu.
Dan orang-orang yang lebih kaya juga bermigrasi ke daerah pinggiran
kota, sehingga memperburuk wilayah keluarga miskin dalam komunitas yang
terisolir.
“Anda memiliki banyak, banyak wilayah wilayah pinggiran kota yang
independen secara politik yang menggunakan zonasi eksklusif untuk
membuat perumahan hanya bagi keluarga dengan pendapatan yang lebih
tinggi. Ketika keluarga kaya semikan tinggal jauh dari daerah perkotaan,
maka anda mengembangkan lingkungan yang angka kemiskinan yang sangat
tinggi di mana banyak sekolah mulai gagal, dan terdapat kejahatan yang
tinggi dan upah yang rendah,” kata Jargowsky.
Peningkatan penduduk di daerah miskin sangat jelas terlihat di
negara-negara bagian di wilayah selatan. Sedangkan wilayah Selatan telah
lama menjadi tempat bagi sebagian keluarga termiskin negara, dimana
persentase penduduk yang tinggal di daerah miskin di wilayah tersebut
meningkat 10,6 persen pada tahun-tahun yang diteliti, dari 46,7 persen
pada tahun 2000 menjadi 57,3 persen pada tahun 2012.
Secara kolektif, semua negara bagian di Selatan merupakan lebih dari 34 juta orang yang hidup dalam kemiskinan.
Tingkat kemiskinan nasional berada pada 14,9 persen, menurut Sensus 2010 data, tersedia terbaru.
Selain meningkatnya jumlah daerah miskin, pengembangan kota telah
mengubah wajah lanskap kota-kota besar AS termasuk Atlanta, Charlotte,
North Carolina, dan Dallas.
Sementara tingkat kemiskinan yang lebih tinggi di Selatan adalah
hasil dari ketimpangan sosial ekonomi yang sudah lama terjadi, Jargowsky
mengatakan, peningkatan penduduk ke daerah pinggiran kota sebagian
besar dihuni oleh keluarga berpenghasilan lebih tinggi sehingga juga
menyebabkan meningkatnya lingkungan yang terpisah antara lingkungan kaya
dan miskin secara signifikan.
Ketika penduduk tercipta lingkungan yang lebih makmur di pinggiran
kota, orang miskin menjadi semakin terisolasi, dan kesempatan untuk
membangun perumahan yang terjangkau berkurang karena lahan tambahan
digunakan untuk perumahan yang lebih besar, dan lebih mahal.
Penduduk Afro-Amerika adalah yang paling mungkin tinggal di wilayah
terkonsentrasi kemiskinan, yakni 50,4 persen, diikuti oleh penduduk
Indian-Amerika dan Alaska Pribumi masing-masing 47,8 dan 48,3 persen.
(rz/America Aljazeera, 1/7/2014)
Posting Komentar