 Catatan Kesederhanaan - Bank
 Indonesia menyatakan utang luar negeri Indonesia pada Februari 2014 
mencapai US$ 272,1 miliar atau sekitar Rp 3.106,9 triliun. Nilai utang 
luar negeri Indonesia membengkak 7,4 persen dibanding Februari 2013 dan 
lebih besar ketimbang pertumbuhan pada Januari 2014 yang mencapai 7,2 
persen.
Catatan Kesederhanaan - Bank
 Indonesia menyatakan utang luar negeri Indonesia pada Februari 2014 
mencapai US$ 272,1 miliar atau sekitar Rp 3.106,9 triliun. Nilai utang 
luar negeri Indonesia membengkak 7,4 persen dibanding Februari 2013 dan 
lebih besar ketimbang pertumbuhan pada Januari 2014 yang mencapai 7,2 
persen.
Apa penyebab kenaikan utang luar negeri pada Februari?
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta
 Segara, kenaikan utang luar negeri disebabkan kenaikan pinjaman untuk 
sektor publik. Utang sektor publik tumbuh 3,2 persen year-on-year, lebih tinggi dari pertumbuhan Januari yang 1,9 persen.
Beberapa sektor yang mengalami kenaikan nilai utang adalah keuangan, 
transportasi, dan komunikasi. Utang untuk sektor keuangan tumbuh 13, 7 
persen pada Februari dan 11,4 persen pada Januari 2014. Sedangkan sektor
 pengangkutan dan komunikasi naik 6,4 persen pada Februari dan 5,5 
persen pada Januari 2014.
Sebaliknya, kata Tirta, pertumbuhan utang luar negeri sektor swasta 
melambat. Utang luar negeri sektor swasta tumbuh 11,6 persen, melambat 
dibanding pertumbuhan pada Januari yang mencapai 12,5 persen.
Tirta mengatakan hal ini terjadi karena mandeknya bisnis pertambangan dan penggalian serta sektor industri. Menurut dia, utang luar negeri sektor pertambangan dan penggalian hanya naik 15,9 persen, sedangkan utang untuk sektor industri pengolahan naik 7,7 persen. Angka ini melambat jika dibanding pada Januari, saat utang luar negeri sektor pertambangan dan penggalian mencapai 20,5 persen dan sektor industri pengolahan 12,4 persen.
Meski begitu, Tirta mengatakan Bank Indonesia tetap memantau 
perkembangan utang luar negeri Indonesia, khususnya sektor swasta. 
“Sehingga dapat optimal mendukung ketahanan dan kesinambungan 
perekonomian Indonesia,” katanya dalam keterangan tertulis, Ahad, 19 
April 2014. (tempo.co, 20/4/2014)
 
 
Posting Komentar