Catatan Kesederhanaan - Rencana
kenaikan tarif harga listrik per 1 Juli, menurut Pengamat Ekonomi
Muhammad Ishak merupakan bagian dari liberalisasi di bidang ekonomi.
Pasalnya selama ini PLN kesulitan untuk mendapatkan gas yang biayanya
bisa lebih murah tiga kali lipat dari bahan bakar minyak (BBM) sebab
alokasi produksi gas sudah dibagi-bagi oleh produsen yang kebanyakan
swasta dan sebagian besarnya ke pihak asing seperti Korea, Jepang dan
Cina.
Ishak juga menjelaskan harga tarif listrik yang terus dinaikkan
pemerintah, akibat dukungan pemerintah kepada PLN amat rendah (kebijakan
dan anggaran) dalam memenuhi kebutuhan dasar publik.
“Hal itu dikarenakan pemerintah menganggap ini bersifat bisnis yang
tidak boleh rugi, bukan untuk kepentingan pelayanan kepada masyarakat,”
jelasnya pada Mediaumat.com, Kamis (12/6) Depok.
Pemerintah terus berupa agar subsidi energi baik BBM dan listrik
dapat dikurangi yang kini mencapai Rp 392T terdiri dari BBM Rp 285T dan
Listrik 107 T.
“Kenaikan ini akan terus dilakukan hingga harga jual ke konsumen
minimal setara dengan biaya produksi PLN. Selama ini selisih antara
biaya produksi PLN dan harga jual ditutupi Pemerintah yang kemudian
disebut dengan subsidi. Pemerintah terbebani dengan subsidi tersebut,”
pungkasnya.(mediaumat.com, 12/6/2014)
Posting Komentar