Catatan Kesederhanaan - Mengingat
perannya sebagai lembaga keuangan di negara dengan perekonomian
terbesar dunia, apapun kebijakan yang diambil Bank Sentral Amerika
Serikat (The Fed) akan berdampak sangat luas hingga mampu mempengaruhi
stabilitas perekonomian negara-negara di Asia.
Negara kaya seperti Singapura dan Hong Kong mungkin tidak akan
mengalami gangguan stabilitas ekonomi, tapi hasil penelitian lembaga
riset internasional Capital Economics, dua negara tersebut justru
merupakan yang paling berisiko mengalami guncangan saat The Fed
menaikkan suku bunganya.
Seperti dikutip dari CNBC, Senin (12/5/2014), sebagian besar
analis memprediksi The Fed akan meningkatkan suku bunganya pada
pertengahan 2015 saat program penarikan dana stimulusnya selesai. Ekonom
Capital Economics, Daniel Martin menilai, saat waktu itu tiba,
Singapura dan Hong Kong merupakan dua negara yang paling berisiko
terkena dampaknya.
“Singapura dan Hong Kong merupakan dua negara yang kami temukan
memiliki dua masalah yaitu pertumbuhan kredit yang cepat dan rendahnya
fleksibilitas nilai tukar,” ungkap Martin.
Nilai tukar mata uang Singapura ditentukan dengan indikator khusus,
sementara dolar Hong Kong sangat bergantung pada pergerakan dolarAS.
Menurut Martin, karena rendahnya fleksibilitas nilai tukar mata uang
di dua negara tersebut, suku bunganya berisko meningkat tajam daat The
Fed menaikkan suku bunganya. Hal itu tentu menimbulkan masalah bagi para
peminjam.
“Para pemegang kredit di dua negara tersebut telah terbiasa dengan
suku bunga rendah dan kenaikan suku bunga selama beberapa tahun ke depan
akan membuatnya terkejut,” terang Martin.
Sejumlah ekonom lain juyga menyetujui pernyataan tersebut. Ekonom
CIMB Seng Wun Soon mengatakan, banyak penduduk Singapura yang akan
menanggung kerugian akibat naiknya suku bunga The Fed. Hal itu mengingat
70% pinjaman rumah direncanakan tidak akan mengalami kenaikan suku
bunga.
Meski demikian, dia mengatakan, kuatnya perekonomian Singapura dan
sektor perbankan yang sehat dapat membantu negara tersebut bertahan dari
guncangan kebijakan The Fed.
Sementara itu, ekonom Credit Suisse Michael Wan mengatakan,
negara-negara seperti Indonesia dan India akan tetap merasakan dampak
dari kebijakan The Fed. Terlebih lagi, tahun lalu, kedua negara tersebut
telah lebih dulu menerima hantaman dari kebijakan The Fed untuk menarik
seluruh dana stimulusnya. (liputan6.com, 12/5/2014)
Posting Komentar