Headlines News :
Home » » Amerika Yang Sudah Lemah Tidak Mampu Berperang Lagi

Amerika Yang Sudah Lemah Tidak Mampu Berperang Lagi

Written By catatan kesederhanaan on Kamis, 15 Mei 2014 | 18.03

tentara AS capek

Catatan Kesederhanaan-Tahun-tahun peperangan telah menjadikan militer AS kelelahan dan kehabisan orang, tulis Gordon Duff.

Oleh Gordon Duff
Sementara Amerika berbicara mengenai berperang di Eropa, mereka yang mengikuti kondisi riil pasukan militer Amerika, yang bertugas aktif, pasukan cadangan dan veteran, mereka tahu bahwa hal itu hanyalah omong kosong. Selama belasan tahun, perang telah meninggalkan militer Amerika kelelahan secara fisik, mental dan “politik.”
Setiap perang baru akan melibatkan perwira tanpa pengalaman atau para profesional atas operasi khusus. Studi pada saat ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya meninggalkan dinas militer, tetapi seluruh generasi militer Amerika sudah mati, sekarat atau dinonaktifkan.
Hoax Tentang Perang
Sedikit orang Amerika yang mau percaya, dan bersedia untuk mengikuti dengan membabi buta, yang bersedia mati untuk apa yang sekarang lebih dan lebih jelas terlihat sebagai perang untuk Wall Street.
Mungkin dampak yang paling hati-hati yang tersembunyi pada kemampuan Amerika untuk berperang adalah epidemi bunuh diri militer/veteran, yang jumlahnya jauh lebih besar dari yang dibayangkan oleh siapapun. Jumlah bunuh diri di kalangan militer/veteran Amerika saat ini benar-benar melebihi jumlah total jumlah personil militer tempur yang mati dalam perang Vietnam ditambah perang Korea.
“Kegagalan Epik” Saat Ini

Ada alasan bahwa pengerahan pasukan Amerika ke Polandia dan Latvia begitu menyedihkan, meskipun ada fakta bahwa hampir semua pasukan AS keluar dari Timur Tengah. Penyebaran “permainan perang” Amerika dimaksudkan untuk mengintimidasi Presiden Rusia Putin dengan menonjolkan fakta yang menakutkan yang disadari sedikit orang. “Persediaan” militer Amerika yang terlatih hampir benar-benar habis.
Mereka tidak hanya “berhenti” atau pensiun, sebenarnya, pasukan tempur Amerika yang tewas berhubungan dengan Perang Badai Gurun (Desert Storm) dan Perang Global Melawan Teror adalah lebih dari 100.000 orang namun tidak dilaporkan. Sebagian, lebih dari 10.000, mati karena “Sindrom Perang Teluk” yang misterius yang terkenal sebagai radiasi “cocktail” dan paparan bahan kimia dan vaksin-vaksin eksperimental.
Namun, mayoritas yang tewas adalah bunuh diri. Pada tahun 2009, siaran pers dari Departemen Urusan Veteran mengutip ada 30.000 “veteran yang bunuh diri” di antara mereka adalah yang mengabdi pasca 11/9. Dalam sehari, angka itu tidak pernah terlihat lagi dan mesin disinformasi masuk ke gigi tinggi. Selama lima tahun terakhir hanya ada laporan dari begitu banyak “kematian per menit” atau jumlah kecil dari personil yang bertugas aktif.
Angka-angka Yang Mengherankan
Dua minggu lalu, Russia Today melakukan analisis data sensus dari tahun 2011. Mereka menemukan bahwa 116.000 orang Amerika telah bunuh diri di tahun itu. Dari jumlah itu, 82.000 orang telah melaporkan baik mereka pernah atau belum bertugas di militer. Dari jumlah 82.000 itu, 27.000 adalah veteran.
Jika salah satu faktor dalam 34.000 yang gagal untuk melaporkan status dan faktor rata-rata statistik, yakni antara 18.500 hingga 22.000 veteran muda yang meninggal, maka semua itu disebabkan oleh “perang kenyamanan” Bush 41/43.
Dengan demikian, perang-perang dimana masyarakat diinformasikan bahwa tidak lebih dari 6.000 pasukan yang mati sebenarnya adalah kematian 6000 pasukan tempur yang mati langsung di medan tempur, dan lebih dari 100.000 pasukan tempur yang mati “tidak langsung” dan lebih dari 1 juta orang militer usia “veteran” yang permanen dan benar-benar menjadi non-aktif.
Apa yang tersisa dengan jenis kehilangan tenaga kerja menempatkan gagasan perang dalam multi front tempur, seperti yang dijelaskan dalam strategi baru Pasifik Rim Amerika, adalah benar-benar suatu fantasi. Apakah masuk akal jika miliaran dolar dihabiskan untuk pesawat-pesawat drone?
Pelajaran Vietnam
Angka lain yang diungkap ke publik pada tahun 2009, diberitakan dan cepat “menguap” dari mata publik. Suatu badan amal yang mengumpulkan uang untuk veteran memperoleh jumlah sebenarnya dari korban Perang Vietnam. Dari 2,9 juta pasukan yang pernah bertugas di Vietnam, sebagian hanya beberapa hari atau minggu, hanya 780,000 orang yang dapat diverifikasi baik oleh Departemen Pertahanan maupun oleh Departemen Urusan Veteran sebagai pasukan yang selamat.

Setelah itu, angka-angka tersebut pernah tidak lagi diungkap ke publik. Namun, kerusakan telah dibuat dan ahli statistik telah mengekstrapolasi beberapa informasi menarik dari apa yang sedikit telah bocor. Veteran perang Amerika memiliki harapan hidup dengan usia 46 tahun.
Keterlibatan Pemerintah/Sikap Apatis Masyarakat
Pada akhir setiap perang, rakyat Amerika umumnya lelah mendengar tentang hal ini. Dalam Perang Vietnam, perang dimana rakyat Amerika menentangnya secara massal, menyalahkan orang-orang yang bertempur dalam perang untuk kegagalan dalam masyarakat dan budaya Amerika adalah hal yang lumrah.
“Pahlawan Perang” dengan cepat menjadi “pembunuh bayi” atau “dokter hewan yang takut gila.” Para veteran ditolak untuk mendapatkan pekerjaan, mereka menjadi sasaran cemoohan publik dan ratusan ribu orang menderita keracunan Agen Oranye dan hal-hal yang terkait stres dalam pertempuran tampak sebagai beban bagi masyarakat.
Hal ini menjadi penyebab Konservatif untuk menyebut para veteran sebagai “deadbeats” (para pecundang) dan menguras energi masyarakat. Organisasi-organisasi pelayanan, dengan kekuatan politik mereka yang luar biasa, masih didominasi oleh para veteran Perang Dunia II dan melihat para dokter hewan muda itu sebagai ancaman bagi “ride on the gravy train (sumber pendapatan mereka yang diperoleh dengan sedikit usaha tapi dengan imbalan yang cukup).”
Kebijakan ini tidak hanya terus terjadi tetapi dalam iklim politik yang memecah belah di Amerika, dimana veteran yang menjadi sasaran. Video-video pembunuhan veteran oleh polisi, dimana biasanya ada seorang veteran di kursi roda yang marah sambil memegang ponsel yang diklaim polisi “bersalah” karena memiliki senapan serbu atau bom, mengisi laman video-video di YouTube.

Baru-baru ini, seorang veteran Perang Dunia II berusia 95 tahun ditembak oleh tim SWAT karena menyerang polisi dengan parang. Senjata itu ternyata adalah “sendok sepatu (shoehorn),” dan polisi, yang berdiri hanya 5 meter jauhnya, tidak dapat membedakannya.
Pekan lalu, sebuah laporan CNN mengutip bahwa Departemen Urusan Veteran, yang bertugas memberikan perawatan medis bagi para veteran, memiliki daftar tunggu rahasia. Dalam satu rumah sakit, di Phoenix, Arizona, mereka menemukan ada 40 veteran telah meninggal ketika sedang menunggu pengobatan atas apa yang ternyata dengan mudah bisa di-diagnosa sebagai kondisi-kondisi “akhir hidup” yang seharusnya dapat ditangani.
Para veteran itu dibohongi bahwa mereka membutuhkan perawatan medis yang mahal lalu dikirim pulang ke rumah hingga akhirnya meninggal. Selain itu, para veteran yang mengeluh, yakni “para pengungkap kasus (whistleblower)” akan menghadapi nasib yang berbeda. Menurut pengacara Robert Walsh dari Proyek Hukum Veteran Pro-Bono, sebanyak 200 veteran sekarang dipenjara secara ilegal, yang telah keliru dituntut setelah mengeluh menjadi korban penipuan dalam program veteran pemerintah.
 
Tidak Ada Yang Tersisa Untuk Ikut Dalam Perang Agresi

Amerika telah melanggar “kepercayaan yang suci.” Pada saat “shock and awe (kaget dan kagum)” menjadi satu dekade perang tanpa membicarakan lagi “Al Qaeda” melainkan “kaum ekstremis” dan “kaum pemberontak,” menjadi semakin jelas bahwa perang-perang Amerika untuk “keamanan” adalah perang-perang kolonial penaklukan. Tidak ada orang yang berakal yang bisa percaya sebaliknya meskipun tahun-tahun penuh rekayasa sosial dimaksudkan untuk menumbuhkan suatu biak generasi pembantu yang penurut, yang mendapat pelatihan sejak lahir dan tidak pernah mempertanyakan apapun bahkan propaganda yang paling tidak masuk akal dan tidak berdasar.

Singkatnya, ide bahwa Amerika menerima kembali peran pelindung bagi NATO adalah tidak masuk akal. Apa yang tersisa dari pangkalan-pangkalan militer di Eropa hanyalah kerangka pasukan. Barak-barak militer yang kosong, lorong-lorong permainan bowling yang ditutup, para kontraktor sipil yang menjaga cangkang kosong NATO yang dulu pernah ada.
(riza/presstv.ir, 5/5/2014)


Tentang Penulis:
Gordon Duff adalah seorang veteran Marinir Vietnam, infanteri tempur, dan Editor Senior pada Veterans Today. Karirnya meliputi pengalaman yang luas di bidang perbankan internasional dan juga berbagai bidang seperti konsultasi tentang pemberontakan, teknologi pertahanan atau bertindak sebagai perwakilan diplomatik untuk upaya pembangunan ekonomi dan kemanusiaan PBB. Gordon Duff telah melakukan perjalanan ke lebih 80 negara. Artikel-artikelnya telah diterbitkan di seluruh dunia dan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Dia secara teratur masuk dalam acara TV dan radio, tamu yang terkenal dan kadang-kadang kontroversial.
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Candra Hernawan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger