Inilah Penyebab Predator Pedofilia Marak di Sekolah Berstandar Internasional
Berita Catatan Kesederhanaan-Meski terkenal berstandar internasional serta SOP pengamanan luar biasa ketat, nyatanya malah predator pedofilia (pemerkosaan terhadap anak-anak) marak di Jakarta International School (JIS).
“Adanya kesempatan dan pemicu munculnya penyimpangan seksual tersebut sebagai faktor utama,” ungkap Juru Bicara Muslimah HTI Iffah Ainur Rochmah kepada mediaumat.com,Jum’at (25/4) melalui surat elektronik.
Dan celakanya, kesempatan tersebut justru muncul dari standar yang diberlakukan sekolah tersebut. “Sekolah asing ini merekrut tenaga kependidikannya dengan standar kompetensi semata dan tidak memperhatikan aspek kelayakan mendidik atau memberikan teladan dan mewujudkan keamanan fisik dan psikologis yang sangat dibutuhkan bagi mereka yang bekerja di dunia pendidikan,” tegasnya.
Kasus buronan FBI untuk kasus serupa William James Vahey yang bisa menjadi staf pengajar di Jakarta International School selama 10 tahun adalah bukti nyata tak terbantahkan. Kompetensinya sudah tidak diragukan lagi, sehingga ia dengan mudah diterima di berbagai sekolah yang berstandar sama dengan JIS di berbagai negara.
“Tapi apa hasilnya, menurut FBI, sejak 2008 hingga sebelum Vahey bunuh diri pada Maret lalu, terungkap 90 korban predator pedofilia Vahey di sepuluh sekolah serupa di sepuluh negara tempat Vahey mengajar,” beber Iffah.
Fakta juga menunjukkan, meski Vahey sudah tidak mengajar di JIS sejak 2002, tapi predator pedofilia lainnya tetap berkeliaran di sana dan korbannya mulai bermunculan satu persatu ke ruang publik. Di berbagai sekolah di negara-negara Barat seperti Polandia, Amerika bahkan di pusat pemerintahan katolik Vatikan kasus pedofilia juga bukan hal baru. Sering terjadi, bahkan dilakukan oleh pastur dan pemuka agama Katolik.
Menurut Iffah karena itu semua menggunakan standar yang sama yakni standar yang lahir dari nilai di masyarakat Barat –baik bersumber dari agama maupun ideologi liberal sekular- yang bertentangan dengan fitrah manusia.
Nilai-nilai liberal dan sekuler memang terbukti banyak menggerus fitrah kemanusiaan. “Orang dewasa yang semestinya melindungi anak-anak malah menjadikannya korban nafsu binatangnya. Naluri seksualnya dilampiaskan secara menyimpang. Bukankah ini menunjukkan manusia bisa lebih hina dari binatang?” pungkasnya. (mediaumat.com, 26/4/2014)
Posting Komentar